TAQIYYAH
DISUSUN OLEH AGY JOSEP
Jakarta 2011
Bab 1
Latar belakang
Yang melatar belakangi saya mnyusun makalah tentang taqiyah ini yaitu saya ingin mengetahui apa sebenarnya taqiyah itu yang menurut sebagian orang taqiyah itu adalah kebohongan dan kemunafikan sedangkan taqiyah menurut imam jafar shadiq as dalam wasailussyiah yaitu sebagai perisai orang mumin dan sesuatu yang menjaga dia.sedangkan kafirun munafikun berusaha memasukan konsep taqiyah dalam islam seraya berkoar-koar”Hei lihatlah umat islam penuh dengan kebohongan dan kemunafikan jelas sudah bahwa taqiyah bukan berasal dari islam dan siapa yang penuh dengan kemunafikan dan bermuka dua dengan taqiyah”.
Bab ll. Pembahasan
Taqiyah dalam Perspektif Ulama Islam
Allah swt berfirman, “Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang Mukmin.Barangsiapa berbuat demikian, erniscaya lepaslah dia dari pertolongan Allah kecuali karena memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya, .(Q,s al Imran:28)
Dan dalam surat lain juga allah swt menegaskan:
Barangsiapa yg kafir kepada allah setelah dia beriman(dia mendapat kemurkaan allah),kecuali orang yg dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa),tetapi orang yg melapang kan dadanya untuk kekafiran,maka kemurkaan allah
menimpany adanmerekaakandapatazabygbesar(Q,s an-nhl:106)
Adapun pendapat ulama imamiyah mereka menunjukan terhadap di perbolehkannya taqiyah yakni di dalam wasailussyiah dalam sebagian riwayat yang di antara nya sebagai berikut;
1. Dari abi yafur,dari abi abdillah as berkata kepada nya: taqiyah adalah perisai orang mukmin, dan sebagai sesuatu yang menjaga dia.
2. Dari Imam Ali a.s berkata: Taqiyah adalah perbuatan yang lebih utama bagi seorang mukmin yang dengan taqiyah itu dia melindungi dirinya dan saudara-saudaranya dari gangguan orang-orang kafir dan selainnya.
Pendapat para mufasir tentang ayat ini sudah cukup jelas dan tidak memerlukan penjelasan lagi.
I. Ath- Thabari berkata, “. ..kecuali karena memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. “ Abu al-‘A1iyah berkata, “ Taqiyah itu dalam lisan, bukan dengan perbuatan.” Diriwayatkan dari al-Hasan: Saya mendengar Abu Mu’adz berkata: ‘Ubaid mengabarkan kepada kami. ia berkata: Saya mendengar adh-Dhahak berkata tentang firman Allah, “kecuali karena memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka,” “Taqiyah dalam lisan adalah orang yang dipaksa untuk mengucapkan sesuatu yang merupakan ke maksiatan kepada Allah. La mengucapkannya karena takut akan ditimpakan bahaya pada dirinya. “… padahal hatinya tetap tenang dalam keimanan…, maka ia tidak berdosa. Sesungguhnya taqiyah itu dalam lisan
.
2. Az-Zamakhsyari ketika menafsirkan firman Allah SWT: … kecuali karena memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka…berkata, “Yaitu keringanan bagi mereka di tengah muwaltat apa bila takut kepada para penguasa mereka. Yang dimaksud dengan muwalat adalah perbedaan dan pergaulan secara lahiriah. Sedangkan hatinya teguh dalam permusuhan dan kebencian, dan menunggu hilangnya rintangan”
.
3. Ar-Razi, ketika menafsirkan firman Allah SWT: …kecuali karena memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka…,berkata, “Masalah keempat Ketahuilah, bahwa taqiyah memiliki banyak ketentuan. Kami akan menyebutkan sebagiannya sebagai berikut:
a. Taqiyah hanya dilakukan apa bila seseorang berada di tengah kaum yang kafir, dania takut mereka akan menimpakan bahaya terhadap diri dan hartanya. Maka ia bersikap halus kepada mereka dalam ucapan, yaitu tidak menampakkan permusuhan dalam ucapan. Bahkan ia juga boleh menampakkan ucapan yang menunjukkan kecintaan dan kesetiaan.
” Akan tetapi, dengan syarat menyembunyikan sikap sebaliknya dan mengingkari setiap kata yang diucapkannya. Taqiyah itu memiliki pengaruh pada lahir, bukan dalam hati”
.
b. Taqiyah itu dibolehkan untuk memelihara diri. Apakah taqiyah juga boleh dilakukan untuk memelihara harta? Kemungkinan hal itu diperbolehkan berdasarkan sabda Rasulullah saw: “Kemuliaan harta seorang Muslim adalah seperti kemuliaan darahnya”.Juga sabdanya: “Barangsiapa yang terbunuh dalam membela hartanya, ia mati syahid.”
Demikianlah yang diketahuidiawalIslam ,kemudiandatanglahkaumNashibi, mereka mengharamkannya dengan membabi buta karena praktek Taqiyah telah menyulitkan para Zalim (nashibi) untuk mengetahui siapa sesungguhnya para Pengikut (Syi’ah) Ahlil Bait itu.
Azbabun Nuzul Surah Al-Mā`idah : 55-56
55 Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah ,Rasulnya dan orang-orang yg beriman,yg melaksanakan shalat dan menunaikan zakat,seraya tunduk (kepadaallah)
56 Dan barangsiapa menjadikan Allah,Rasulnya dan orang-orang yg beriman sebagai penolongnya, maka sungguh,pengikut (agama)Allah itulah yg menang.
Taqiyah :Kebohongan Dan Kemunafikkan !!!
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu Tabaroka WaTa’ala yang telah memberi anugerah Iman dan Islam kepada kita. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya.
Sungguh,,, ketika tersesat pada site-site para penghujat Islam, aneh rasanya mereka para kafirun munafiqun menganggap umat Islam pun pandai menjadi bunglon, mereka menganggap konsep ” taqiyah” (menyembunyikan ke imanan) berasal dari Al Qur’an. Hasilnya sungguh mengejutkan.
sebuah riwayat yang dinisbahkan kepada Imam Abu Ja’far Ash-Shadiq as. berkata :“ Taqiyah adalah agama ku dan agama bapak-bapaku. Seseorang tidak dianggapberagama bila tidak bertaqiyah.”
Sungguh,,, ketika tersesat pada site-site para penghujat Islam, aneh rasanya mereka para kafirun munafiqun menganggap umat Islam pun pandai menjadi bunglon, mereka menganggap konsep ” taqiyah” (menyembunyikan ke imanan) berasal dari Al Qur’an. Hasilnya sungguh mengejutkan.
sebuah riwayat yang dinisbahkan kepada Imam Abu Ja’far Ash-Shadiq as. berkata :“ Taqiyah adalah agama ku dan agama bapak-bapaku. Seseorang tidak dianggapberagama bila tidak bertaqiyah.”
Untuk mempelajari sifat-sifat orang-orang munafiq dalam sepanjang sejarah, setidaknya kita bisa melakukan search dalam Al Qur’an dengan kata kunci “munafiq/ munafik”. Atau lakukan proses pengambilan dalil, Berikut kami ambil 2 ayat yang mungkin bisa mewakili dari sifat inti kemunafikkan : Lain di mulut, lain di hati.
Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan: "Kami telah beriman", padahal mereka datang kepadamu dengan kekafirannya dan mereka pergi (dari pada kamu) dengan kekafirannya (pula); dan Allah lebih mengetahu siapa yang mereka sembunyikan. (QS Al Maidah : 61)
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu [*]. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)
Diakui atau tidak, kita tidak bisa menghindari fitnah-fitnah mereka, dan ironisnya kita tanpa sadar terkadang turut andil menyebarkan makar-makar mereka. Kita terkadang menelan mentah aja setiap informasi yang bersinggungan dengan dunia Islam tanpa usaha melacak, menganalisa sumber beritanya. Yang setingkat hadits saja bisa dipalsukan, apalagi yang setingkat atsar (segala sesuatu yang disandarkan pada ucapan atau perbuatan sahabat, misal ucapan sayyidina Ali bin Abi Thalib karomallahuwajha) Apalagi yang cuman setingkat “berita dunia Islam” yang berlalu lalang di dunia maya, amat sangat rawan kebohongan.Baca, selidiki, analisa sesuai kemampuan.
Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong [*] dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu [**]; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di robah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah. " Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari pada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. (QS Al Maidah : 41)
Kesimpulan :
- Kita harus bisa membedakan antara taqiyah dan kebohongan atau kemunafikan yaitu dengan mencari dalil yang tidak diragukan lagi kebenarannya supaya tidak menjadikan kita yang menerima suatu berita yang mentah saja.
- Dimasa Baginda Rasulullah s.a.w para munafiq berhasil membuat kegemparan dengan kisah(berita bohong) mengenai sayyidatina ‘Aisyah. Hal ini diabadikan dalam QS An Nur : 11-20
Sesungguhnya orang-orang yg membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu(juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu, setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari apa yg di perbuatnya.dan barangsiapa di antara mereka yang mengambi lbagian yang terbesar (dari dosa yang di perbuatnya). dia mendapat azab yg besar (pula).(Qs. an-nur:11)
- Konsep “taqiyah” sengaja disusupkan kafirun munafiqun, usaha menyusupkan konsep tersebut sama kerasnya dengan usaha menghujat dan memfitnah bahwa umat Islam bermuka dua dengan “taqiyah”. Kafirun – munafikun berusaha memasukkan "taqiyah" dalam Islam seraya berkoar2 "Hei, lihat... umat Islam penuh kebohongan !!!". Jelas sudah bahwa “taqiyah” bukan berasal dari Islam, dan siapa yang penuh dengan kemunafikkan ?
- taqiyah itu adalah untuk menjaga dan sebagai perisai untuk diri dan saudara-saudaranya baik itu dari gangguan orang-rang kafir dan selainnya.
Daftar Pustaka:
At-Tashīl li ‘UlūmitTanzīl, karya Al-Kalbi, juz 1, hal. 181.
Al-Kasysyāf,karyaAz-Zamakhsyari, juz 1, hal. 649.
TafsirAth-Thabari, juz 6, hal. 288-289.
Tafsir Al-Munīr li Ma’ālimitTanzīl, Al-Jawi, juz 1, hal. 210.
ZādulMashīrfī ‘IlmitTafsīr, IbnJauzi AI-Hanbali, juz 2, hal. 383.
FathulBayānfīMaqāshidilQurān, juz 3, hal. 51.
Tafsir Al-Jalālain, hal. 213.
Yanābī’ulMawaddah, karya Al-Qundusi, hal. 115, cetakanIstambul; hal.135, cetakan Al-Haidariyah.
TafsirFakhurRazijuz 12 hal.26 dan 20, cetakan Al-Bahiyah, Mesir; juz 3, hal.431, cetakan Ad-Dar Al-’Amirah, Mesir.
Tafsir IbnuKatsir, juz 2, hal. 71, cetakan Dar Ihya’ Al-Kutub.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar